FORKIS (FORUM KAJIAN ILMIAH MAHASISWA) - PAMFLET LOMBA RWRC
Hay
sahabat Formasi !!!
Pandangan
pertama nih sama forkis !!
Hari
ini aku mau cerita sesuatu yang layak untuk dibaca lho, karena infonya setajam
silet...
Kalian
tau nggak sih sama yang namanya Nawacita ???
.
.
.
.
.
.
Nawacita
merupakan sembilan agenda prioritas yang merupakan visi misi yang dibuat oleh
pasangan Jokowi-JK. Masih belum paham apa sembilan agenda itu ?? Agenda itu
meliputi keinginan Jokowi-JK untuk menghadirkan kembali Negara untuk melindungi
segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga Negara, membuat
pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang demokratis,
memberi perhatian kepada daerah pinggiran di Indonesia serta meningkatkan
kualitas hidup manusia, menolak negara lemah melalui reformasi sistem dan
penegakan hukum, meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar
internasional, mewujudkan kemandirian ekonomi dan yang terakhir memperteguh
Ke-Bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
Namanya
juga politik pasti ada saja kendalanya, banyak masalah yang muncul dan program
yang dijalankan keluar dari jalur Nawacita. Seperti apa contohnya ?? Kenaikan
harga BBM yang kurang diterima oleh masyarakat, kendala yang terbaru adalah
merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar.
Kita
sebagai seorang mahasiswa harus berperan aktif dong dalam permasalahan seperti
ini. Misal nih, kita melakukan revolusi mental yang dianggap cukup menarik
karena sebagai jembatan menuju Indonesia berkepribadian. Dimulai dari diri
sendiri menjadi manusia cerdas dengan belajar serius, terus berlatih,
memanfaatkan sarana dan prasarana yang tersedia, dan juga membudayakan membaca.
Selain itu ada lagi manfaat melakukan revolusi mental, yaitu dapat digunakan
sebagai gerakan seluruh masyarakat dengan cara yang cepat untuk mengangkat
kembali nilai-nilai strategi yang diperlukan sehingga dapat memenangkan persaingan
di era globalisasi.
Namun
demikian, kehadiran Nawacita memunculkan masalah dalam berbagai bidang. Pertama,
program pendidikan diubah melalui penghapusan Ujian Nasional yang bermaksud
untuk mengatasi perbedaan fasilitas di berbagai daerah Indonesia yang
mengakibatkan hasil pembelajaran yang berbeda. Keputusan tersebut ditentang
oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang beranggapan bahwa Ujian Nasional
justru mampu digunakan sebagai instrumen untuk menilai pencapaian Standar
Nasional Pendidikan. Apa yang mungkin ditolak ialah cakupan nasional Ujian
Nasional tersebut, sebab di situlah letak akar permasalahnnya. Uneven development dalam praktik pendidikan
di tiap daerah memustahilkan penggunaan standar yang efektif dan universal
dalam mengukur capaian pendidikan.
Kedua,
agenda Nawacita juga berpengaruh terhadap ranah hukum dan politik di Indonesia.
Komnas HAM kinerjanya semakin menurun dan kiprahnya semakin tidak terasa. Bukan
soal legitimasi hukum, tetapi lebih pada legitimasi sosial terhadap peran dan
kinerja Komnas HAM yang tidak maksimal dalam perjuangan HAM. Kisruh sejak awal
periode soal rebutan jabatan dan fasilitas Negara, respon atas kasus HAM yang
lamban, silang pendapat dan kepentingan antar anggota, serta konsistensi dan
pemahaman HAM yang meragukan membuat lembaga ini lebih sibuk mengurus internal
dibanding menyelesaiakn kasus HAM. Kasus ini nyaris tidak terdengar disuarakan
pada periode ini, padahal Jokowi-JK membuka ruang melalui konsep Nawacita dan
visi misinya untuk ditindaklanjuti dan diberi input soal penanganan dan
penyelesaian pelbagai kasus pelanggaran HAM berat tersebut.
Sektor
ekonomi juga menemui berbagai masalah terkait pelaksanaan Nawacita yang dinilai
sangat berat untuk dicapai dalam waktu dekat ini. Hal ini dikarenakan
kesembilan prioritas tersebut sangat jauh berbeda dengan kondisi dan situasi
perekonomian saat ini. Target pemerintahan Jokowi mencapai pertumbuhan ekonomi
7 persen pada 2019. Sementara situasi perekonomian global tengah mengalami
perlambatan. Ekonomi Indonesia melemah dipicu oleh eksploitasi berlebihan atas
sumber daya alam, tetapi memiliki ketergantungan terhadap impor untuk pemenuhan
pangan, energi, keuangan, dan teknologi. Negara belum mampu memanfaatkan
kandungan kekayaan alam yang sangat besar, baik fisik maupun non-fisik bagi
kesejahteraan rakayat.
Lebih
parah lagi masalah terhadap Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang berperan aktif
sebagai sarana komunikasi. Televisi sebagai pasar media raksasa nyaris
sepenuhnya dikuasai oleh stasiun televisi swasta. TVRI sebagai salah satu televisi
nasional milik negara sejak didirikan hanya memiliki jumlah share yang sangat kecil yaitu 1,4
persen. Merger menjadi salah satu
alasan mengapa terjadi sentralisasi kepemilikan televisi di Indonesia. Meskipun
ada aturan sistem berjaringan, para konglomerat media kini justru mulai
merambah ranah kepemilikan stasiun lokal dan regional. Perebutan kuasa pemilik
modal dalam kepemilikan Internet juga tidak jauh berbeda dengan kepemilikan
televisi. Pembangunan IPTEK dihadapkan pada masalah klasik berupa belum memadai
dan tertatanya infrastruktur pengembangan iptek nasional yang salah satunya
adalah kurangnya dorongan pemerintah dalam mengimplementasikan sistem inovasi
daerah secara komprehensif dan tepat.
Komentar
Posting Komentar